KETIKA INFLASI BERPENGARUH TERHADAP NILAI MATA UANG
Depresiasi: ketika nilai mata uang melemah |
I.Pengertian Uang
Uang adalah alat tukar yang dikeluarkan
oleh pemerintah suatu negara untuk melakukan tukar-menukar barang, jasa,
dan atau faktor produksi
a. Syarat-syarat uang:
- Diterima secara umum
- Mudah dibawa
- Tidak mudah rusak (tahan lama)
- Jumlahnya memenuhi kebutuhan (tidak berlebihan)
- Nilainya stabil (tidak mengalami perubahan)
b. Jenis-jenis uang:
- Uang kartal: uang yang dikeluarkan oleh bank sentral dan langsung dapat digunakan sebagai pembayaran. Contoh: uang kertas, dan logam
- Uang giral: uang yang bentuk simpanan deposito/giro dan dapat digunakan sewaktu-waktu. Contoh: kartu kredit, cek, bilyet giro, dll
Permintaan uang adalah keinginan
masyarakat untuk memegang kekayaan dalam bentuk uang tunai. Menurut JM
Keynes terdapat 3 motif permintaan uang, yaitu:
- Motif transaksi (transaction motive)
- Motif berjaga-jaga (precautionary motive)
- Motif spekulasi (speculative motive)
d. Penawaran uang:
Penawaran uang sering juga disebut dengan istilah jumlah uang yang beredar. Penawaran uang antara lain:
- Tingkat harga
- Tingkat suku bunga
- Pendapatan masyarakat
- Selera masyarakat
e. Fungsi atau peranan uang:
- Untuk melancarkan tukar-menukar (alat tukar)
- Untuk menjadi satuan hitung (pengukur nilai)
- Untuk ukuran bayaran yang ditunda
- Sebagai alat penyimpan nilai
II. Pengertian Inflasi
Dalam ilmu ekonomi, inflasi merupakan
suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus
(kontinyu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh
berbagai faktor antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat,
berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan
spekulasi, termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi
barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai
mata uang secara kontinyu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa,
bukan tinggi rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang
dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator
untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses
kenaikan harga berlangsung secar terus-menerus dan saling mempengaruhi.
Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan
uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada
banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering
digunakan adalah CPI dan GDP Deflator.Inflasi yang tinggi merupakan salah satu pertanda bahwa
kecenderungan harga bahan/barang pokok dan jasa yang pada umumnya
digunakan oleh masyarakat secara luas akan mengalami kenaikan harga yang
terjadi secara terus menerus atau pada periode yang berkala.Jika angaka
inflasi naik, secara otomatis harga bahan/barang pokok akan mengalami
kenaikan harga dan hal tersebut juga berimbas pada turunnya nilai mata
uang dari Negara tersebut.
Inflasi dapat digolongkan menjadi 4 golongan, yaitu:
- Inflasi ringan: terjadi bila kenaikan harga berada di bawah angka 10% per tahun
- Inflasi sedang: terjadi bila kenaikan harga berada di antara angka 10%-30% setahun
- Inflasi berat: bila kenaikan harga antara 30%-100% setahun
- Hiperinflasi: inflasi tidak terkendali, bila kenaikan harga di atas 100% pertahun
a. Penyebab inflasi:
Inflasi dapat disebabkan oleh 2 hal,
yaitu tarikan permintaan (kelebihan likuiditas uang/alat tukar) dan yang
kedua adalah desakan (tekanan) produksi dan atau distribusi (kurangnya
produksi/product of service) termasuk juga kurangnya distribusi. Untuk
sebab pertama lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan
moneter eksekutor yang dalam hal ini dipegang oleh pemerintah
(goverment) seperti fisikal (perpajakan/pungutan/insentif/disinsentif),
kebijakan pembangunan infrastruktur, regulasi, dll.
Inflasi tarikan permintaan (demand pull
inflation) terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan dimana
biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar sehingga
permitaan yang tinggi memicu perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya
volume alat tukar likuiditas yang terkait dengan permintaan terhadap
barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap
faktor-faktor tersebut. Meningkatnya permintaan terhadap faktor-faktor
itu kemudian menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi
ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu
perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment dimana
biasanya lebih disebabkan oleh rangsangan volume likuiditas di pasar
yang berlebihan. Membanjirnya likuiditas di apsar juga disebabkan oleh
banyak faktor selain yang utama tentunya kemampuan bank sentral dalam
mengatur peredaran jumlah uang, kebijakan suku bunga bank sentral,
sampai dengan aksi spekulasi yang terjadi di sektor industri keuangan.
Inflasi desakan biaya (cost push
inflation) terjadi akibat adanya kelangkaan produksi juga termasuk
adanya kelangkaan distribusi, walau permintaan tidak ada perubahan yang
meningkat secara signifikan. Adanya ketida lancaran aliran distribusi
atau berkurangnya produksi yang tersedia dari rata-rata permintaan
normal dapat memicu kenaikan harga sesuai dengan berlakunya hukum
permintaan-penawaran atau juga karena terbentuknya posisinilai
perekonomian yang baru terhadap produk tersebut akibat pola atau skala
distribusi yang baru. Berkurangnya produksi sendiri bisa terjadi akibat
berbagai hal seperti adanya masalah teknis di sumber produksi (pabrik,
perkebunan, dll), bencana alam, cuaca, atau kelangkaan bahan baku untuk
meghasilkan produksi tersebut, aksi spekulasi (penimbunan), dll.
Sehingga memicu kelangkaan produksi yang terkait di pasaran. Begitu juga
hal yang sama dapat terjadi pada distribusi, dimana dalam hal ini
faktor infrastruktur memainkan peran yang sangat penting.
b. Penggolongan inflasi:
Berdasakan asalnya infalsi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
- Inflasi dari dalam negeri: terjadi akibat defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan cara mencetak uang baru dan gagalnya pemasaran yang berakibat harga bahan makanan menjadi mahal.
- Inflasi dari luar negeri: akibat adanya kenaikan harga barang impor. Hal ini bisa terjadi akibat biaya produksi barang di luar negri tinggi atau adanya kenaikan tarif impor barang
Inflasi juga dapat dibagi berdasarkan besarnya cakupan pengaruh terhadap harga, yaitu antara lain:
- Inflasi tertutup (closed inflation): jika kenaikan harga yang terjadi berkaitan dengan satu atau dua barang tertentu
- Inflasi terbuka (Open inflation): bila kenaikan harga terjadi pada semua barang secara umum
- Hiperinflasi: apabila serangan inflasi demikian hebatnya sehingga setiap saat harga-harga trus berubah dan meningkat sehingga rang tidak dapat menahan uang lebih lama karena disebabkan nilai uang yang terus menurun
c. Mengukur inflasi:
Inflasi diukur dengan menghitung perubahan tingkat presentase perubahan sebuah indeks harga. Indeks harga tersebut diantaranya:
- Indeks harga konsumen (IHK) atau consumer price index (CPI): indeks ang mengukur harga rata-rata dari barang tertentu yang dibeli oleh konsumen
- Indeks biaya hidup atau cost of living index (COLI)
- Indeks harga produsen (IHP): indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang-barang yang dibutuhkan untuk melakukan proses produksi. IHP sering digunakan untuk meramalkan tingkat IHK di masa depan karena perubahan harga bahan baku meningkatkan biaya produksi yang kemudian akan meningkatkan harga barang-barang konsumsi
- Indeks harga komoditas: indeks yang mengukur harga dari komoditas-komoditas tertentu
- Indeks harga barang-barang modal
- Deflator PDB : menunjukan besarnya perubahan hargadari semua barang baru, barang produksi lokal, barang jadi, dan jasa.Tingkat Inflasi mencerminkan nilai presentase
perubahan pada tingkat harga rata-rata dari harga barang dan jasa.
Tingkat inflasi bisa dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :
Ket:
-) Tingkat harga(t) adalah harga pada tahun t
-) Tingkat harga(t-1) adalah harga padat ahun t- 1
Perhitungan yang digunakan untuk menghitung dari tingkati nflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Indeks Harga Produsen (IHP). Tingkat Inflasi bisa dihitung dengan rumus seperti ini:
Ket
-) IHK (t) adalah IHK pada tahun t
-) IHK (t-1) adalah IHK pada ahun t – 1
Pada dasarnya, kenaikan dari nilai tingkat inflasi memperlihatkan bahwa pertumbuhan perekonomian dari suatu negara sedang dalam kondisi yang sehat atau buruk.Nilai dari tingkat inflasi yang tinggi dalam jangka panjang mampu memberikan dampak yang buruk di sektor perekonomian suatu Negara. Tingginya nilai dari tingkat inflasi memberikan dampak yang negatif, seperti harga barang2 dalam negeri yang relative lebih mahal dari harga barang impor.Harga yang mahal inilah yang menyebabkan turunnya daya saing barang dalam negeri dengan barang impor, yang menyebabkan masyarakat lebih memilih membeli barang impor.Hal tersebut juga mempengaruhi daya saing barang domestik dalam negeri di pasar International karena pertimbangan dari harga dan kualitas. Faktor tersebut juga berdampak pada nilai ekspor dan naiknya nilai impor.
Transaksi antar barang dan jasa impor ini membutuhkan konvesri mata uang domestik dengan mata uang asing, entah itu mata uan gasal Negara importir atau mata uang Internasional yang sah.Hal tersebut membuat permintaan mata uang asing cenderung meningkat dan bisa berdampak melemahkan nilai mata uang domestik.Dengan kata lain, kenaikan harga yang juga salah satu faktor kenaikan tingkat inflasi cenderung membuat melemahnya nilai mata uang domestic dan juga membuat menurunnya daya saing barang dan jasa di dalam negeri maupun di pasa rInternasional.
Purchasing Power Parity Theory (PPP Theory)
Purchasing Power Parity Theory (PPP Theory) atau Paritas Daya Beli dapat menjelaskan tentang pengaruh tingkat inflasi terhadap kurs mata uang asing. Teori PP ini diperkenalkan oleh Gustav Cassel setelah perang Dunia 1 berakhir. Menurut Teori PPP, dapat diketahui bahwa nilai dari suatu mata uang dapat berubah-ubah untuk tujuan mempertahankan nilai daya belinya. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa nilai dari suatu kurs mata uang asing (valas) mampu mencerminkan perbandingan antara harga mata uang suatu Negara dengan Negara lainnya. Nilai suatu mata uang juga ditentukan oleh daya beli dari masing-masing Negara.
Perubahan nilai suatu kurs yang dipengaruhi oleh tingkat inflasi dapat ditentukan dengan rumus berikut :
Ket
- e1. adalah perkiraan nilai kurs mata uang asing yang akan datang.
- e0. Adalah nilai kurs mata uang saat ini.
- id. Adalah tingkat inflasi domestik.
- if adalah tingkat inflasi Negara asing.
e1/e0 = [1 + id] / [1+if]
jika tingkat inflasi domestic lebih tinggi dari tingkat inflasi Negara asing { id > if }, maka [1 + id] / [1 + if] memiliki nilai lebih dari satu atau dengan [1 + id] / [1 + if] ? 1, sehingga didapatkan nilai e1/e0 > 1. Hal tersebut bisa diartikan bahwa kurs mata uang asing di masa yang akan datang diprediksi lebih tinggi nilainya dari nilainya saat ini.
III. Dampak Inflasi Terhadap Nilai Uang
Inflasi memiliki dampak posistif dan
dampak negatif tergantung parah atau tidaknya inflasi yang terjadi.
Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang posistif
dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan
pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung,
dan melakukan investasi. Sebaliknya alam masa inflasi yang parah yaitu
pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi) keadaan
perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang
menjadi tidak bersemangat kerja, menabung atau melakukan investasi dan
produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan
tetap seperti pegawai negri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga
akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka
menjadi merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan
tetap, inflasi sangat merugikan. Kita ambil contoh, seorang pensiunan
pegawai negri tahun 1990. Pada tahun 1990, uang pensiunnya cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, namun di tahun 2003 atau 13 tahun kebudian,
daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah. Artinya, uang
pensiunannya tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sebaliknya orang yang mengandalkan pendapatan berdasarkan keuntungan,
seperti misalnya pengusaha, tidak dirugikan dengan adanya inflasi.
Begitu juga halnya pegawai yang bekerja di perusahaan dengan gaji
mengikuti tingkat inflasi.
Inflasi juga menyebabkan orang enggan
untuk menabung karena nilai mata uang semakin menurun. Memang tabungan
menghasilkan bunga, namun jika tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang
tetap saja menurun. Bila orang enggan menabung, dunia usaha dan
investasi akan sulit berkembang karena untuk berkembang dunia usaha
membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat.
Bagi orang yang meminjam uang dari bank
(debitur), inflasi menguntungkan karena pada saat pembayaran utang
kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat
meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan
mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah jika
dibandingkan pada saat peminjaman.
Bagi produsen, inflasi dapat
menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi dari pada
kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen terdorong untuk
melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar).
Namun, bila inflasi meneybabkan naiknya biaya prodduksi hingga pada
akhirnya merugikan produsen maka produsen enggan untuk meneruskan
produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya untuk sementara
waktu. Bahkan, tidak sanggup mengikuti laju inflasi usaha produsen
tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi pada pengusaha kecil).
Metode pertama:
Inflasi diartikan sebagai harga komoditi saat ini. Kemudian perubahan harga komoditi tersebut digunakan sebagai acuan untuk memprediksi pergerakan kurs. Perubahan nilai harga GBP/USD yang dipengaruhi oleh inflasi dari kedua Negara (inggris dan Amerika) dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :
Pada metode pertama ini, inflasi diartikan sebagai kenaikan harga mata uang.
harga mata uang dari Negara yang mengalami inflasi lebih tinggi cenderung akan mengalami depresiasi. Jika tingkat inflasi di Amerika lebih tinggi daripada tingkat inflasi di Inggris, maka Dollar Amerika akan mengalami penurunan nilai dan Poundsterling akan mendapatkan apresiasi dan menguat nilainya. Hal tersebut akan membuat harga dari GBP/USD akan menguat.
Metode kedua:
Pada metode kedua ini, inflasi diartikan sebagai penurunan harga mata uang. Perubahan nilai mata uang digunakan sebagai acuan untuk memprediksi pergerakan kurs dimasa yang akan datang. Perubahan nilai GBP/USD yang dipengaruhi oleh inflasi pada Negara Inggris dan Amerika bisa dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Nah, mata uang yang mengalami nilai inflasi lebih tinggi lebih cenderung akan mengalami apresiasi. Dengan kata lain jika inflasi di Amerika lebih tinggi daripada inflasi di Inggris, maka harga GBP/USD akan mengalami penurunan. Hal tersebut dikarenakan kurs Poundsterling mengalami Depresiasi sedangkan Dollar Amerika mengalami Apresiasi.
Lalu bagaimana hasil yang sebenarnya ? kedua metode diatas memberikan hasil yang berbeda dan saling berlawanan.
IV. Kesimpulan
Kesimpulannya bisa dikatakan seperti ini, ketika suatu inflasi diartikan sebagai kenaikan harga komoditas, kemudian harga komoditas digunakan sebagai patokan untuk memprediksi pergerakan kurs dimasa yang akan datang, maka nilai mata uang dari Negara yang memiliki tingkat inflasi lebih tinggi cenderung akan mengalami Depresiasi.
Namun, ketika inflasi diartikan sebagai penurunan nilai mata uang, kemudian nilai mata uang tersebut digunakan sebagai acuan untuk memprediksi pergerakan kurs, maka nilai mata uang dari Negara yang memiliki tingkat inflasi lebih tinggi cenderung akan mengalami Apresiasi.
Pada dua metode dan kesimpulan diatas memberi kita bahwa pendekatan yang sama namun akan memberikan dampak yang berbeda pada nilai suatu pasangan mata uang. Hal tersebut didasari beberapa faktor, salah satunya adalah sudut pandang dari para pelaku pasar terhadap tingkat inflasi yang terjadi pada suatu Negara. Untuk itu, kita harus lebih sering mengikuti berita-berita ekonomi serta mencari data-data ekonomi lainnya guna mendukung analisa terhadap perubahan nilai mata uang akibat dari inflasi.
Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan
berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga,
mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan
pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca
pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan
masyarakat.
Referensi:
Supawi Pawenang, Lingkungan Ekonomi Bisnis, Materi Kuliah Pascasarjana UNIBA 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar